Menelusuri Jejak Niskala Pura Taman Kresek di Banjar Gerenceng, Desa Pemecutan Kaja, Denpasar (1)

2 hours ago 1
ARTICLE AD BOX
DENPASAR, NusaBali
Di tengah hiruk pikuk pusat Kota Denpasar di Jalan Sutomo dan Jalan Gajah Mada, ada satu tempat suci yang tidak jauh dari keramaian dua jalan sibuk ibukota ini, yakni Pura Taman Kresek yang berlokasi di Banjar Gerenceng, Desa Pemecutan Kaja, Desa Adat Denpasar.

Pura Taman Kresek memang luput dari perhatian pengguna jalan lantaran ditutupi blok pemukiman dan berlokasi di bantaran Tukad Badung. Pura ini tepat berada di tikungan pertemuan Jalan Sutomo Gang X dengan Gang Taman Beji Kresek dari Jalan Gajah Mada yang ditandai dengan pohon kresek (Ficus superba) raksasa. Lanskap pura sekarang ini yang berada di antara pohon kresek dan bunut (Ficus glauca) merupakan hasil relokasi tahun 2003 silam yang diresmikan Walikota Denpasar kala itu AAGN Puspayoga. Sebelumnya, posisi pura berada tepat di bawah pohon kresek, di mana sekarang hanya sumur suci yang masih berlokasi di sana. 

Pamangku Pura Taman Kresek, Jero Mangku Ketut Suanda,72, mengungkapkan bahwa alasan menggeser pura sekitar tiga meter dari posisi aslinya dilatarbelakangi sengketa lahan. Kata dia, ada pihak internal yang mengusulkan pura dibongkar dan dipindahkan ke rumah masing-masing. Usulan yang dianggap lancang ini lantas berbuah petaka. 

“Akhirnya apa? Yang berstana di pohon kresek ini datang dan berpesan, ‘Lakar aud kelor Nira.’ Satu demi satu di keluarga itu meninggal. Kami tidak pernah mengira hal itu benar-benar terjadi,” ungkap Mangku Suanda saat ditemui di pura bertepatan Purnama Sasih Kapitu, Selasa (14/1). Untuk itu, pura yang dulunya tepat berada di bawah pohon kresek digeser sekitar tiga meter ke selatan. Dipercayai bahwa selama pohon kresek masih kokoh di sana, sampai saat itu jugalah areal sekitarnya menjadi lingkungan yang bertuan dan tidak untuk diusik, apalagi dibongkar dan dipindah dari lingkungannya. 

Jero Mangku Suanda menjelaskan bahwa ada tiga palinggih utama di dalam pura yang menghadap ke barat atau arah Jalan Sutomo ini. Masing-masing palinggih, di masa lalu, didirikan tiga kepala keluarga berbeda dan memiliki hari pujawali yang berlainan pula. “Paling kiri palinggih Ida Ratu Nyoman Sakti, di tengah Ida Ratu Niang Sakti, dan paling kanan palinggih Ida Ratu Bagus. Ada juga gua di pohon kresek, tempat pertemuan semuanya dengan Ratu Gek Mas, Ratu Naga Basuki, Ida Ratu Gede Mas Macaling Dalem Ped,” beber Mangku Suanda. 

Palinggih Ida Ratu Nyoman Sakti, kata Mangku Suanda, didirikan oleh keluarga sepupunya yang dahulu sukar dianugerahi keturunan. Setelah mendapat wangsit, palinggih ini didirikan dan tidak lama kemudian mereka memperoleh keturunan. Ada palinggih Ida Ratu Niang Sakti yang didirikan seorang keluarga saudagar yang keturunannya masih bermukim di dekat lokasi pura. Ida Ratu Niang Sakti sendiri merupakan bhatari yang disucikan kaum pedagang yang menganugerahi usaha mereka kemakmuran. 

Kemudian, ada palinggih Ida Ratu Bagus Rambut Siwi yang didirikan leluhur Mangku Suanda sendiri yang dahulu menekuni ilmu pengobatan (Usada Siddhi). Kata dia, palinggih ini berawal dari sebidak batu kemudian diwangsitkan agar didirikan palinggih. Batu cikal bakal palinggih kini distanakan di dalam rong palinggih. 

“Tahun kapan dibangun. Mana palinggih yang duluan, mana yang belakangan, terus terang saja saya tidak tahu,” beber Mangku Suanda, pamangku pertama Pura Taman Kresek yang mulai mengabdi sejak tahun 1996 silam ini. Tiga palinggih ini kemudian menjadi satu sebagai Pura Taman Kresek. Meski begitu, hari pujawali setiap palinggih berbeda. Kata Mangku Suanda, sempat dimohonkan pada tahun 2003 silam setelah relokasi agar pujawali bisa berbarengan, namun niskala tidak berkenan. 

Akhirnya, pujawali tetap dilakukan Wraspati Kliwon Klawu untuk Ida Ratu Niang Sakti. Pujawali untuk Ida Ratu Nyoman Sakti dan Ida Ratu Bagus dilaksanakan pada Saniscara Kliwon Landep. Sedangkan, untuk palinggih di gua pohon keresek digelar setiap Purnama Sasih Kadasa. “Walaupun awalnya didirikan keluarga, yang berkunjung ke pura sudah tidak melihat dari keluarga mana, berkasta apa. Kalau memang meyakini, mereka datang tanpa melihat itu,” ungkap Mangku Suanda. Dijelaskan pamangku yang juga eks Kelian Tempekan Gerenceng, Banjar Adat Gerenceng ini, kebanyakan yang berkunjung ke Pura Taman Kresek karena wangsit. Mereka mendapat wangsit untuk berkunjung ke pura dan akan mendapat wangsit kedua setelah berdoa di pura yang dikenal keramat oleh warga setempat ini. 

Entah itu pamedek (umat) sedang menghadapi masalah kesehatan, keluarga, usaha, keturunan, dan lainnya, memperoleh wangsit agar berkunjung ke Pura Taman Kresek, biasanya lewat mimpi. Di pura, mereka yang menerima wangsit ini berdoa memohon petunjuk atas masalah yang dihadapi. “Setelah tiga hari selepas memohon itu, Andalah yang akan membuktikan. Dalam waktu tiga hari itu, (petunjuk) apa Anda diberi tahu? Biasanya akan ketemu di dalam mimpi,” ucap Mangku Suanda yang kediamannya kurang dari 100 meter dari pura di Jalan Sutomo Gang X. 

Mangku Suanda menegaskan, dirinya tidak dalam kapasitas melakukan Usada Siddhi. Namun, hanya melayani pamedek yang ingin mencari pelita di tengah kegelapan yang dihadapi. Jalan keluar dari kegelapan itu diputuskan masing-masing individu untuk mengikuti atau tidak wangsit yang diberikan niskala. Sementara itu, pamedek yang ingin berkunjung diharapkan membawa dua pejati. Satu untuk di pura dan satu lagi untuk di palinggih gua pohon kresek. 

Setelah sembahyang dan mengucapkan permohonan di dalam pura, biasanya pamedek diajak turun ke bantaran Tukad Badung untuk sembahyang di hadapan gua. 

Tepat di hadapan gua ini pula, pamedek melukat di bantaran Tukad Badung dengan bungkak nyuh gading. Air panglukatan juga kerap dicampur dengan air yang diambil dari sumur suci. Konon sumur suci ini juga dapat menciptakan hujan. 7 ol1
Read Entire Article