ARTICLE AD BOX
NEGARA, NusaBali
Kepergian I Ketut Ardika Yasa,26, seorang Pekerja Migran Indonesia asal Kabupaten Jembrana yang diketahui meninggal dunia saat bekerja di kapal pesiar beberapa waktu lalu, benar-benar membuat keluarga syok. Pihak keluarga belum percaya bahwa korban dinyatakan meninggal karena diduga mengalami serangan jantung. Namun pihak keluarga tetap berusaha ikhlas dan kini hanya berharap jenazah Ardika dapat segera dipulangkan.
Dari pantauan di rumah duka di Banjar Sari Kuning, Desa Tukadaya, Kecamatan Melaya, Jembrana, Kamis (19/12), keluarga tampak telah membuat beberapa persiapan untuk kepulangan jenazah almarhum. Selain mendirikan beberapa terob, tampak sejumlah sanak keluarga yang tengah sibuk menyiapkan sejumlah keperluan upakara pengabenan almarhum.
"Dari informasi yang kami terima, jenazah sudah diberangkatkan dari Miami, Amerika Serikat, per hari ini (kemarin, red). Diperkirakan nanti jenazah tiba di Bandara Ngurah Rai, Tuban, Kuta, Badung, Jumat (20/12) besok malam. Perkiraan malam karena nanti pesawatnya juga isi transit ke Istanbul, Turki," ucap ayah almarhum Ardika, I Ketut Widiastra,53, saat ditemui di rumah duka, Kamis kemarin.
Ayah beserta kakak dari almarhum I Ketut Ardika Yasa, I Ketut Widiastra, 53, dan I Komang Agus Darma Antara, 28, saat ditemui di rumah duka, Kamis (19/12). –IB DIWANGKARA
Widiastra mengatakan, keluarga sama sekali tidak ada mendapat firasat apapun. Ia pun menegaskan bahwa almarhum tidak ada memiliki riwayat penyakit. Bahkan sebelum mendapat kabar duka pada Minggu (24/12) malam, dari pagi hingga siangnya dinyatakan bahwa Ardika sempat video call dengan seluruh keluarga di rumah dan mengabarkan dirinya sehat.
"Kami dapat kabar tanggal 24 November sekitar pukul 19.30 Wita. Yang mengabarkan ada teman satu kapal dengan anak saya, tapi dia memang sudah pulang. Dibilang kalau meninggal saat tidur dan ditemukan sudah kondisi kaku," ucap Widiastra ditemani kakak almarhum Ardika, I Komang Agus Darma Antara,28.
Widiastra menjelaskan, putranya Ardika mengalami musibah itu dalam menjalani kontrak kerja yang ketiga kali. Durasi per kontrak kerja adalah selama 9 bulan dan diselingi waktu liburan pulang selama 3 bulan. Kontak kerja yang ketiga kalinya itu pun dijalani mulai sekitar bulan April 2024 lalu dan seharusnya sudah selesai pada bulan Januari 2025 nanti. "Ya harusnya bulan depan (Januari 2025) sudah liburan pulang. Tapi malah begini kejadiannya. Padahal waktu sempat video call tanggal 24 November lalu itu, dia sempat banyak cerita gagasan-gagasan buat keluarga. Seperti ada rencana mau memperbaiki rumah dan lainnya," ucap Widiastra.
Suasana di rumah duka almarhum I Ketut Ardika Yasa di Banjar Sari Kuning, Desa Tukadaya, Kecamatan Melaya, Jembrana, Kamis (19/12). –IB DIWANGKARA
Menurut Widiastra, Ardika yang selama ini bertugas di bagian loundry, tidak pernah memiliki masalah di lingkungan kerja. Ardika pun dikenal sebagai sosok yang bersahaja sehingga memiliki banyak teman. Selain itu, Ardika juga dikenal sebagai sosok pekerja keras. "Orangnya memang ulet. Selama kerja di kapal, dia juga dibilang paling rajin. Tidak pernah sampai nunda-nunda pekerjaan. Kadang pekerjaan yang harusnya sudah selesai dua hari lagi, dia sudah selesaikan lebih awal," ujar Widiastra.
Widiastra menceritakan, Ardika juga sempat mengikuti seleksi rekrutmen calon Polri, namun dinyatakan gugur setelah berhasil melewati tes kesehatan. Kemudian Ardika juga sempat merantau bekerja selama setahun di Denpasar sebelum akhirnya memutuskan menjadi pelaut. Almarhum Ardika pergi buat selamanya dengan meninggal seorang istri serta dua orang anak yang saat ini masih berusia 2,5 tahun dan 1 tahun. Ardika merupakan anak terakhir (bungsu) dari 4 bersaudara. Dua kakaknya yang nomor pertama dan kedua adalah perempuan sehingga saat ini hanya tersisa I Komang Agus Darma Antara,28, sebagai satu-satunya anak laki-laki di keluarga Widiastra.
Widiastra pun mengaku bahwa putranya Agus Darma sudah ada rencana untuk bekerja di kapal pesiar. Bahkan Agus Darma dinyatakan sudah selesai mengikuti pelatihan di tempat yang sama dengan almarhum adiknya dan sudah masuk persiapan proses administrasi untuk bekerja ke kepala pesiar. Namun dengan adanya insiden yang dialami Ardika, Widiastra menyatakan masih sangat trauma dan melarang sang kakak untuk bekerja ke kapal pesiar ataupun bekerja ke luar negeri. "Ya saya larang karena trauma. Seperti sekarang ini, saya sendiri belum lihat bagaimana jenazah anak saya (almarhun Ardika). Lebih baik di rumah, walaupun hanya jadi petani," ucap Widiastra.
Meski belum percaya bahwa anaknya Ardika dinyatakan meninggal karena diduga mengalami serangan jantung, Widiastra mengaku telah mengikhlaskan kejadian itu sebagai sebuah musibah. Pihaknya pun menolak dilakukan autopsi sehingga tidak memperpanjang proses pemulangan jenazah. "Buat apa juga? Toh anak saya juga sudah meninggal. Kecuali kalau bisa hidup lagi, ya silahkan mau diapakan saja. Apalagi sampai sekarang saya belum lihat bagaimana jenazah anak saya. Karena dari keterangan perusahaannya juga dinyatakan petugas di Amerika juga tidak diperbolehkan untuk difoto," ujar Widiastra.
Jika jenazah almarhum sesuai rencana tiba di rumah duka pada Jumat (20/12) nanti, Widiastra menyatakan bahwa keluarga sudah siap untuk proses pengabenan. Rencananya, proses ngaben almarhum Ardika akan dilaksanakan di setra setempat, yakni Setra Desa Adat Taman Sari, Desa Tukadaya, pada Redite Pon Prangbakat, Minggu (22/12) nanti. 7 ode