ARTICLE AD BOX
Kendala distribusi dan pemasaran menjadi salah satu penyebab kurang dikenalnya buah-buahan lokal Tabanan di pasar yang lebih luas. Melihat potensi dan permasalahan ini, Pemkab Tabanan melalui Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) sedang mengkaji pembentukan Kawasan Desa Buah di wilayah Tabanan Barat.
Program itu bertujuan untuk mengoptimalkan produksi sekaligus memaksimalkan nilai tambah buah lokal dari Kecamatan Pupuan dan Selemadeg Barat, dua daerah penghasil buah utama di Tabanan.
Kepala Badan (Kaban) BRIDA Tabanan, I Gusti Made Darma Ariantha, menjelaskan bahwa program ini adalah tindak lanjut dari arahan Bupati Tabanan Dr I Komang Gede Sanjaya untuk mengelola potensi buah lokal secara menyeluruh. “Ide ini berangkat dari keinginan Bupati untuk mengembangkan kawasan buah yang terintegrasi,” jelas Darma Ariantha, Kamis (19/12).
Untuk diketahui, Tabanan Barat merupakan daerah yang terkenal penghasil durian, manggis, alpukat, dan salak dengan potensi hasil yang besar. Namun, buah-buahan ini sering mengalami kendala distribusi dan harga yang murah, terutama pada saat panen raya.
Beberapa hari lalu, BRIDA Tabanan juga telah menggelar Forum Group Discussion (FGD) awal terkait kajian pembentukan Kawasan Desa Buah Kabupaten Tabanan. Kegiatan ini berlangsung di ruang rapat BRIDA dengan dihadiri oleh sejumlah pihak terkait, termasuk Dinas Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Pariwisata, PBJ, kelompok ahli Tabanan, serta para perbekel dari desa-desa yang menjadi calon kawasan seperti Desa Angkah, Jelijih Punggang, Mundeh, Belimbing, Sanda, Kebon Padangan, dan Karyasari.
“Untuk saat ini terkait pembentukan Kawasan Desa Buah ini masih dalam pengkajian teknis, masih di garap oleh tim Udayana. Kami dari BRIDA masih melakukan kajian-kajian, nanti setelah itu disampaikan ke Pak Bupati, nanti beliau yang akan menyempurnakan segala macamnya. Untuk kajiannya kan kita harapkan akhir tahun ini sudah selesai,” terangnya.
Kawasan Desa Buah ini dirancang untuk terintegrasi dari hulu hingga hilir, mulai dari pembibitan, infrastruktur, hingga pascapanen. Selain itu, kawasan ini akan mengusung konsep pemberdayaan masyarakat dan petani yang akan terintegrasi dengan pariwisata budaya.
Salah satu yang juga menjadi sorotan dalam program ini adalah petani di kawasan ini dilaporkan memiliki sekitar lebih dari 30 varietas durian lokal, termasuk varietas unik. Dengan potensi ini, program Kawasan Desa Buah diharapkan mampu menjadikan Kabupaten Tabanan sebagai sentra buah lokal unggulan di Bali. Selain itu, kawasan ini juga memiliki potensi besar dalam mendukung wisata agro yang mampu memberikan manfaat langsung kepada masyarakat dan petani lokal.
“Harapannya dari program ini adalah Buah-buah lokal ingin kita UP supaya tidak musnah dan nanti segala distribusinya juga bagus dan bisa berasing dengan durian seperti musang king dan lainnya. Jadi Tabanan diharapkan menjadi sentralnya durian lah atau buah-buah lain. Begitulah kira-kira, ini ide awalnya dari Pak Bupati Sanjaya,” tambah Darma Ariantha.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Tabanan I Gusti Ayu Supartiwi, menyatakan pengembangan Kawasan Desa Buah bertujuan untuk meningkatkan perekonomian petani. Melalui program ini, diharapkan petani dapat meningkatkan mutu dan kualitas hasil buah mereka sehingga memiliki daya saing di pasar lokal maupun ekspor. “Awalnya ada keinginan desa-desa membentuk kampung buah karena kita memiliki potensi penghasil buah, sekarang kajian lebih lanjut ada di BRIDA,” tandasnya.
Dengan semangat kolaborasi antara pemerintah daerah, akademisi, dan masyarakat, Kawasan Desa Buah ini diharapkan dapat menjadi ikon baru bagi Tabanan, baik dalam hal pertanian, ekonomi, maupun pariwisata.7 cr79